Kuliah. Masa-masa yang cukup indah untuk dikenang dan diingat. Banyak sekali kisah yang telah dirajut oleh mahasiswa selama mereka berkuliah. Berbicara tentang kuliah, maka menuntut ilmu menjadi tujuan utama atau kewajiban utama mahasiswa/mahasiswi yang berkuliah. Kegiatan menuntut ilmu identik dengan kehidupan akademis. Seperti yang diketahui bahwa kehidupan akademis mahasiswa tidak selalu indah dan bahagia. Ada salah satu faktor yang membuat kehidupan akademis kuliah terasa begitu indah atau sebaliknya begitu menyeramkan yaitu nilai.
Nilai menggambarkan evaluasi ilmu mata kuliah yang telah didapat dalam satu semester. Biasanya nilai akhir menjadi momok bagi sebagian mahasiswa karena menentukan lulus atau tidaknya dalam suatu mata kuliah. Hal ini lah yang membuat kehidupan akademis terasa manis dan pahit. Manis jikalau mahasiswa mendapat nilai bagus dan lulus, akan tetapi pahit jikalau mendapat nilai jelek dan harus mengulang suatu mata kuliah karena tidak lulus.
Biasanya sistem nilai perkuliahan yang digunakan untuk evaluasi akhir semester menggunakan huruf yaitu A, B, C, D, dan E. Setiap huruf memiliki nilai angka tersendiri dari yang terbesar yaitu A hingga yang terkecil itu E. Proses pengubahan nilai huruf menjadi nilai angka ini memudahkan dalam proses perhitungan IP (Indeks Prestasi) mahasiswa. Tapi, apakah kalian tau bahwa sebenarnya nilai-nilai A B C D E tersebut memiliki arti? Arti tersebut sangat berkaitan dengan lulus atau tidaknya mahasiswa dalam suatu mata kuliah. Dengan mengetahui arti nilai-nilai tersebut, maka mahasiswa dapat mengetahui evaluasi akhir semester mereka. Yuk simak arti dibalik nilai A B C D E yang kamu dapat semasa kuliah.
A..aahhh gue mah hoki ini alias beruntung
Merupakan respon beberapa mahasiswa yang mendapatkan nilai A pada suatu mata kuliah. Ciri mahasiswa tersebut sangat identik dikarenakan sifat yang merendahnya tetapi menyimpan kebanggaan. Bangga dengan nilai A yang didapat, akan tetapi mencoba untuk tetap rendah hati. Padahal, justru respon seperti ini yang terkadang menimbulkan perang saudara. Misalnya saja ada seorang mahasiswa bernama Asep dan Budi.
Asep bertanya sama Budi, “Bud, dapet nilai apa lu di matkul Y?”.
Budi menjawab, “Aaahhh gue mah hoki ini alias beruntung lulus matkul Y”.
Asep penasaran, “Emang apa?”.
Budi tersenyum sambil bilang, “A (hehehe)”.
Asep merasa ingin melempar Budi dari lantai teratas Monumen Nasional. Pada kondisi lain, nilai A juga bisa menjadi perekat pertemanan. Karena mahasiswa yang mendapat nilai A memiliki daya tarik untuk diajak belajar dan mengerjakan tugas bareng. Meskipun banyak polemik yang dihasilkan dari nilai A tersebut, nilai A masih menjadi nilai primadona bagi setiap mahasiswa. Mahasiswa di seluruh bumi sangat berharap kemunculan nilai A di laporan hasil akhir semester mereka.
BACA JUGA: Tujuh Macam Grafik IPK di SIAK-NG
B..agus lumayan dan yang penting lulus
Mahasiswa yang mendapatkan nilai B biasanya lebih dewasa. Hal ini terbukti dengan respon yang diberikan ketika ditanya dapat nilai apa matkul ini. Mahasiswa nilai B biasanya menjawab “B nih. Baguslah lumayan dan yang penting lulus”. Tingkat kedewasaan mahasiswa nilai B juga ditunjukkan dengan tidak keponya mereka pada nilai teman-temannya. Mereka lebih memilih diam dan memperbanyak bersyukur karena telah diberikan nilai B. Mereka merasa telah diberikan kemudahan dan kelancaran selama berkuliah satu semester.
Sifat mahasiswa nilai B sangat berkebalikan dengan sifat mahasiswa nilai A. Belum sempet disinggung sebelumnya, bahwa mahasiswa nilai A akan cenderung bertanya pada teman-temannya terkait nilai mereka. Ini dilakukan agar temannya bertanya kembali kepada mahasiswa nilai A tentang nilai yang dia dapat. Kemudian dengan cara menjawab rendah hati disertai kebanggaan si mahasiswa A akan bilang mendapat nilai A dan tersenyum. Mahasiswa nilai B cenderung diam dan akan menjawab jika ditanya terkait nilai yang dia dapat.
C..ukup lah main-mainnya semester ini, semester depan harus lebih baik
Sebuah pernyataan dusta yang diucapkan oleh sebagian mahasiswa yang mendapatkan nilai C. Respon pertama mahasiswa apabila muncul nilai C di laporan akademis mereka adalah menyesal. Mahasiswa nilai C cenderung menyesal setelah melewati 1 semester dengan sia-sia. Kemudian mereka akan niat dan bertekad dalam hati serta jiwa raga bahwa akan memperbaiki semester berikutnya untuk mendapatkan nilai yang lebih baik. Sayangnya, hal itu hanyalah bualan atau dusta belaka. Karena namanya juga mahasiswa, niat dahulu rebahan kemudian. Kondisi ini merupakan sebuah siklus semesteran yang dialami oleh mahasiswa nilai C. Mereka akan menyesal di akhir semester karena nilai C yang didapat, kemudian bertekad untuk memperbaiki diri semester depan agar mendapat nilai lebih baik, lalu kuliah seperti biasa (dengan porsi rebahan lebih banyak), dan akhirnya tetap mendapat nilai C di akhir semester. Nampak tidak ada perubahan yang dilakukan selama 1 semester berikutnya dan pola ini seperti siklus. Hingga akhirnya, mahasiswa nilai C berada di akhir semester mereka kuliah. Walaupun begitu, tidak semua mahasiswa nilai C bersikap seperti itu. Sebagian lainnya ada yang biasa saja mendapat nilai C tersebut (mungkin karena udah terlalu sering dan paham kerasnya kuliah), ada yang menyesal dan berniat berubah semester berikutnya (dibarengi dengan realisasi pastinya), dan ada juga yang tidak peduli karena intinya yang penting lolos sehingga tidak perlu mengulang semester depan.
D..apat hidayahnya kok semester ini buat pembelajaran aja
Mahasiswa nilai D memiliki sifat kedewasaan yang hampir sama dengan mahasiswa nilai B. Berbeda dengan mahasiswa nilai C yang menyesal, mahasiswa nilai D justru terkesan kalem dan menerima apa yang telah mereka dapatkan. Mereka melihat nilai yang didapat dari segi positifnya. Mereka lebih menerima dan menyadari kekurangan mereka selama 1 semester sehingga mendapatkan nilai D tersebut. Biasanya mahasiswa nilai D akan bergumam “Ya dapat hidayahnya kok semester ini, bisa buat pelajaran semester depan”. Mereka lebih mensyukuri nilai D yang didapat daripada menghujat keadaan. Meskipun mahasiswa nilai D harus mengalami kenyataan pahit mengulang matkul bernilai D tersebut semester/tahun depan. Selebihnya, mahasiswa nilai D yang mendapat hidayah akan lebih giat belajarnya agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kebalikan dengan mahasiswa nilai C, mahasiswa nilai D akan lebih bersungguh-sungguh dan giat untuk belajar karena adanya dorongan mengulang semester hingga menunda wisuda. Hasil yang baik pun bisa didapatkan di semester berikutnya sehingga ucapan mahasiswa nilai D tentang hidayah nyata adanya.
E..eehhh nilai apaan ini, kok gini, eh eh eh (pingsan)
Nilai E merupakan nilai yang paling banyak dihindari oleh mahasiswa. Bukan hanya karena nilainya berwarna merah di laporan akademis, tetapi juga tekanan moral yang didapat lebih besar daripada nilai D. Biasanya mahasiswa nilai E ini akan mendapat tekanan batin apabila ditanya oleh teman-temannya. Perasaan tidak bisa menyampaikan nilai tersebut hingga perasaan tidak tega dari teman-temannya turut menyelimuti. Nilai E seperti tanda bahwa selama 1 semester tidak ada hal yang dilakukan dan terkesan sia-sia. Kebiasaan tidur di kelas, tidak mengerjakan tugas, hingga bermasalah dengan dosen bisa menjadi salah satu faktor yang membuat mahasiswa mendapat nilai E. selain itu, faktor keberuntungan juga terkadang mempengaruhi. Bagi mahasiswa nilai E, kewajiban harus mengulang mata kuliah yang mendapat nilai E juga turut membebani. Tiap akhir semester jika terdapat mahasiswa yang sedikit kaget sambil berbicara “Eeehhh nilai apaan ini? Kok gini sih? Padahal kayaknya gue bisa deh? Hmmm ehh ehh ehh…” maka bisa diasumsikan mahasiswa tersebut mendapat nilai E. Bisa jadi setelah kalimat itu selesai mahasiswa yang bersangkutan tergeletak di lantai karena terlalu kaget. Ya walaupun tidak semua mahasiswa pingsan ketika melihat nilai merah E di laporan akademis mereka, tapi mungkin rasa kaget pasti dirasakan.
Kehidupan akademis mahasiswa memang tidak selalu manis atau pahit. Banyak lika-liku yang dialami mulai dari mendapat nilai A hingga nilai E seperti yang telah disebutkan di atas. Ada yang bilang kuliah gak afdol kalo gak ada matkul yang ngulang. Hmm mungkin untuk sebagian mahasiswa bisa membenarkan pernyataan tersebut, tapi mungkin sebagian mahasiswa lain ada yang berjuang untuk menjaga laporan akademis mereka mulus alias tidak ada matkul yang mengulang. Apapun pilihannya, selalu belajar dan bersyukur harus diutamakan agar kehidupan mahasiswa kalian lebih indah. Biarlah nilai menjadi kumpulan angka dan huruf sebagai saksi bisu perjuangan kalian selama berkuliah. Di luar nilai banyak hal yang lebih penting untuk mencapai sebuah keberhasilan. Misalnya seperti sebuah kalimat, “Siapa yang bersungguh-sungguh, maka akan berhasil”.