Kamu mahasiswa yang aktif di berbagai kegiatan kampus pasti kenal dong yang namanya eval? Taukan, evaluasi?
Nah, eval ini punya tujuan supaya yang namanya kinerja panitia bisa meningkat, kalau ada masalah atau kendala bisa dicariin solusinya, apa yang kurang dan gimana cara memperbaikinya. Alasannya baik meskipun gak jarang ada yang merasa kalau yang namanya eval itu hanya ngabisin waktu dan membosankan.
Apalagi sih yang biasanya terjadi ketika evaluasi dan bisa bikin awkward bahkan jadi rusuh? Coba yuk disimak.
Silent
Ini sering banget terjadi ketika eval. Agak-agak mirip ketika lagi di kelas, dosen ngejelasin tapi gak ada yang peduli atau gak ada yang ngerti. Atau ketika temen lu ngelawak gegayaan stand up comedy, tapi malah jayus gak keruan. Hasilnya, Hening, macam lagunya The Samsons. Tau deh itu band gimana juntrungannya.
Keheningan yang awkward itu bisa ngebunuh, loh. Ngebunuh as in kamu yang lagi ngomong di depan ampe mati gaya. Nah dalam eval, ini kerap terjadi dan bisa berarti banyak hal, misal gak ada yang peduli, gak ada yang ngerti, atau yang di depan lagi marah-marah sok negur terus yang lain diem di mulut tapi dalam hati nyerocos macam Busta Rhymes.
Cara menghindari silent, paling ampuh nih, tegur aja secara individual satu orang, minimal situ gak dianggurin begitu aja macam makanan basi.
Malah bercanda
Yeeee maah bercanda! Iya banget gitu loh, karena kalo situ udah bosen ya pasti becanda. Dan sejujurnya becanda ini gak selalu merusak suasana eval kok. Kadang emang mereka, para panitia, butuh becandaan untuk bisa rileks dari tegangnya ngurus acara.
Becanda juga bisa jadi metode evaluasi loh, apabila yang mimpin rapat evaluasi ini emang orangnya suka bercanda dan bisa mengarahkan pembicaraan meskipun sambil bercanda. Enak banget loh, bisa bercanda bareng-bareng ketika eval dan biasanya evaluasinya jadi seru dan lebih efektif.
Jadi berantem
Ya ya ya. Ini kebalikannya bercanda saat evaluasi. Para panitia ternyata kesel-keselan satu sama lain dan menganggap dirinya atau divisinya memiliki performa paling bagus dan yang lain itu cuma ecek-ecek anak ayam atau anak ingusan kemaren sore yang gak ngerti caranya ngurus acara. Maka, bertengkarlah mereka itu saat eval.
Salah-salahan itu agak mengerikan dan bisa jadi mencekam ketika beberapa panitia udah baper atau malah yang lebih parah adalah bawa-bawa masalah pribadi ke dalam pekerjaannya sebagai panitia, gak profesional gitu. Berantem ini bisa dibumbui storming out atau bahkan bisa bikin yang lain memilih pihak dan permasalahan kecil bisa berubah jadi perpecahan satu kepanitiaan.
Tugas yang mimpin rapat adalah mengatur supaya semua tetap tenang dan kondusif selama rapat evaluasi dan kalau bisa menyediakan solusi, bukannya malah berpihak. Tapi sebenernya tugas masing-masing panitia adalah berlaku profesional dan dewasa layaknya mahasiswa, bukannya anarkis non solutif berasa preman di perapatan.
Pulang duluan
Ini juga bisa jadi mengundang perpecahan. Ada panitia yang gak pengin ikut eval karena merasa gak penting atau mau lari biar gak disalahin jadinya dia buru-buru pulang duluan. Jago banget pulangnya, dia macam ninja, tau-tau raib berasa berubah jadi gaib.
Ini bisa mengundang perpecahan karena ketika rapat nanti, kalau panitia yang bersangkutan ternyata udah jalan pulang sementara yang punya grudge masih ada, pasti ujungnya adalah ada yang ngambek dan gak dapet pelampiasan, which is gak sehat karena tujuan eval itu sendiri termasuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kepanitiaan ampe tuntas.
Terlupakan
Ini agak melankolis, tapi terbukti memang ada yang demikian. Biasanya di eval terakhir, fenomena ini terlihat. Ada subjek yang seharusnya diberi penghargaan tapi malah gak kesebut atau dilupakan gara-gara seisi rapat evaluasi sibuknya minta ampun kalau udah ngomongin kesalahan orang lain.
Banyak yang melupakan bahwa eval itu juga berarti mengakui dan menghargai mereka yang menyelesaikan pekerjaan dengan baik, going beyond their duty karena mereka secara pribadi berdedikasi tinggi dan profesional. Mereka yang kerjanya bagus gak ada waktu untuk cari-cari kesalahan orang, karena mereka bekerja dengan maksimal, dan justru itulah yang harus dicontoh sama panitia yang lain. Sayang, yang sering terjadi adalah the people who get things done malah dilupakan, dikata mereka mantan yang perlu dilupakan.
Akan lebih baik bagi yang mimpin rapat untuk memulai evaluasi dengan mengapresiasi, karena dengan menunjukkan apresiasi pada mereka yang bekerja dengan baik, orang-orang yang banyak salah itu akan merasa inferior dan mungkin, kalau mereka niat, memperbaiki kinerjanya sebagai panitia.
Nah, yang sering hadir evaluasi, ayo share tulisan ini via Facebook, Twitter dan Line dan suarakan rapat evaluasi yang ideal sebagaimana mestinya!